Marah adalah bara api
neraka, yang dengan perantara iblis, hingga pada hati setia manusia. Porsinya
antara satu sama lain berbeda, menurut kadar pengetahuan dan kemampuan mereka
masing-masing cara untuk menahannya.
Anggapan yang sangat keliru dan
sering dilakukan oleh orang yang sedang marah, bahwa apa yang mereka lakukan
adalah merupakan lambang keberanian, kejantanan, kemuliaan, gengsi dan harga
diri.
Pendapat sebagaimana tersebut
diatas, adalah pendapat mereka yang bodoh. Tak tahulah dirinya, bahwa akibat
marah hilanglah keseimbangan akal dan kontrol. Yang terjadi malahan sikap yang
penuh emosional. Diturutilah apa yang menjadi keinginannya demi untuk menuruti
kepuasan hatinya, tanpa diimbangi oleh kemauan akal.
Bila marah itu dilampiaskan lewat
lidah, maka lahirlah bentuk ucapan berbisa, yang membekas sepanjang masa, bila
dilampiaskan dalam bentuk tindakan dari semua tindakannya, bila keadaan telah
menjadi reda, sadar dan sabar kembali, maka yang terjadi hanyalah penyesalan
semata. Tetapi apa hendak dikata, sebab semua telah terjadi. Semua nya telah
terlanjur, dan ibarat nasi telah menjadi bubur.
Seorang muslim teladan, ialah mereka
yang mau menahan dirinya ketika marah. Ia akan selalu berfikir jauh tentang
akibat dan tidak berfikir serta bertindak dalam keadaan sesaat.
Agar kita memiliki akhlak yang
terpuji (mahmudah), perlu kiranya untuk membentengi diri. Rasa benar sendiri
dan hanya menuruti kemauan, hanyalah akan membawa dan menggiring kita menuju
malapetaka.
Sebagai bangsa yang membangun,
sangat diperlukan insan yang tenang dalam pikiran, konsentrasi pada arah dan
tujuan, sehingga apa yang menjadi cita-cita bangsa itu sendiri, tidak akan
kandas ditengah perjalanan.
Perlu disadari, bahwa apapun
bentuknya, bila sesuatu dilakukan dalam tindakan yang emosional, maka ia akan
berakibat fatal bagi suksesnya sesuatu Cita-Cita.
Antara Dendam dan Pemaaf
Bila marah seseorang terpaksa harus
ditahan, maka sulitlah untuk sembuh dalam waktu sekejap, ia kembali kedalam dan
tertahan dihati, lalu akan menjadi dendam.
Arti Dendam adalah dalam hati terasa
berat, marah, dan larilah hati dari orang yang didendami. Demikian terjadi
terus menerus, hingga masalahnya menjadi berlarut-larut.
Nabi Muhammad SAW
Bersabda :
(Al mu'minu
laisa bi hu quudin)
Artinya : "Jiwa orang mukmin itu bukan
Pendendam"
Karena itu, dendam adalah buah dari
marah, dan dari itu membuahkan delapan hal antara lain sebagai berikut :
- Dengki,
yaitu bila dirimu karena terbawa oleh dendam bercita-cita atau
berkeinginan hilangnya nikmat pada seseorang yang engkau dendam kepadanya.
Dirimu akan merasa sedih bila nikmat itu diperoleh oleh orang yang engkau
dendamkan, sebaliknya engkau merasa gembira, bila dirinya terkena musibah,
Perbuatan semacam ini termasuk tingkah laku orang-orang Munafik.
- Bahwa
anda menambahkan penyembunyian dengki dalam batin. anda merasa gembira
dengan bahaya yang menimpa pada orang yang anda dendami.
- Bahwa
anda tidak berbicara dan menegur dengan orang yang anda dendami. Anda
telah memutuskan sillaturrahmi dengan dia, sekalipun ia meminta maaf dan
datang kepada anda.
- Yaitu
kurang dari sikap tersebut, anda berpaling dari muka orang itu, untuk
menghinakannya.
- Anda
senantiasa menyebut-nyebut tentang orang itu, dengan yang tidak halal,
dari kedustaan, umpatan, membuka rahasia, merusak yang harus ditutup dan
lain-lain
- Anda
menirukan gerak dan tingkah lakunya dengan motif mengejek dan menghina.
- Menyakitinya
dengan memukul dan dengan apa yang menyakitkan badannya.
- Anda
akan melarang dia dari haknya, yaitu : pembayaran hutang atau
sillaturrahmi atau menolak kezaliman. Semua itu Hukumnya Haram.
Derajat dendam
yang paling kurang adalah anda menjaga diri dari kedelapan bahaya tersebut,
dengan sebab dendam itu, maka tidak anda lahirkan dalam tingkah laku dan
perbuatan.
Pemaaf
Yang dimaksud
dengan memberi maaf ialah bahwa ia berhak atas suatu hak, lalu hak tersebut
dihilangkannya dan dilepaskan dari orang yang harus menunaikan hak tersebut,
seperti qishas atau denda.
No comments:
Post a Comment